(Penulis adalah Guru Teknik Otomotif SMK Negeri 1 Jambu, Kabupaten Semarang, Muhamad Ali Sodikin SPd
Seorang guru yang Aktif dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan)
Dalam lautan informasi yang tak terbatas, dunia pendidikan masih merangkul paradigma lama, menjejali anak didik dengan informasi sebanyak-banyaknya untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang ‘merdeka’ tetapi implementasinya guru sebagai penggerak utama masih banyak yang belum merasakan kemerdekaan. Namun, kita harus menyadari bahwa era ini telah berubah secara fundamental. Dahulu, akses terhadap informasi sulit, bahkan disensor oleh negara. Namun, kini, informasi melimpah ruah tanpa sensor, mengalir dengan leluasa melalui jaringan digital yang mengubah lanskap pendidikan.
Revolusi informasi bioteknologi dan infoteknologi telah membawa perubahan yang mendalam dalam kehidupan manusia. Informasi yang diajarkan hari ini mungkin akan menjadi usang dalam beberapa tahun ke depan karena perubahan yang begitu cepat dan tak terduga. Oleh karena itu, orientasi pendidikan harus mengalami pergeseran fundamental. Tidak lagi penting untuk hanya menyajikan informasi, melainkan untuk mengajarkan anak didik cara memilih, menilai, dan menyaring informasi yang relevan dan benar. Tidak lagi penting seberapa banyak informasi harus kita sampai ke anak didik, tetapi bagaimana anak mampu bertanya sebanyaknya terhadap tema² yang akanbkita ajarkan.
Orientasi pendidikan abad ke-21 bukan hanya tentang pemenuhan 4C (Communication, Collaboration, Creativity, Critical Thinking), tetapi lebih jauh lagi, tentang mempersiapkan anak didik untuk menghadapi perubahan. Anak didik harus dibekali dengan kekuatan intelektual, mental, dan spiritual agar mampu menavigasi dunia yang terus berubah. Mereka harus memahami diri mereka sendiri, identitas mereka, dan tujuan hidup mereka di tengah lautan informasi yang tak terbatas ini.
Penggabungan bioteknologi dan informasi menghadirkan tantangan baru: manusia bisa bermutasi, bahkan bermigrasi ke dunia baru yaitu dunia maya yang memiliki norma sosial yang berbeda. Konsep RUANG KETIGA dalam pendidikan dapat menjadi pilihan landasan untuk menghadapinya. Di dalam RUANG KETIGA, anak didik diajak untuk tidak teralienasi oleh kemajuan teknologi, tetapi sebaliknya, untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Kita dapat membimbing mereka dalam menggunakan teknologi secara bijaksana dan kritis, sambil tetap menjaga koneksi/interaksi manusiawi dan nilai-nilai kehidupan. Di sinilah pentingnya RUANG KETIGA dalam pendidikan, kita harus memastikan bahwa anak didik kita tetap terhubung dengan norma kemanusiaan, bahkan ketika mereka hidup di dunia maya.
Dunia pendidikan di abad ke-21 memiliki tugas yang besar: mempersiapkan anak didik untuk masa depan yang tak pasti. Kita harus menjadi lebih dari sekadar pemberi informasi; kita harus membimbing anak didik dalam membentuk cara berpikir, cara beremosi, dan cara berhubungan dengan sesama yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan menghadirkan RUANG KETIGA dalam pendidikan, kita bisa memastikan bahwa anak-anak kita akan tetap menjadi manusia sejati, bahkan di tengah lautan informasi yang tak terbatas dan dunia yang terus berubah (era VUCA). Dengan demikian, mari wujudkan RUANG KETIGA yang tidak hanya menjadi tempat untuk belajar, tetapi juga menjadi tempat di mana anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih manusiawi, siap menghadapi dinamika dunia modern yang kompleks.
#ruangketiga
#kembalimendidikmanusia
#kutemukanmeraki
#gerakansekolahmenyenangkan
Bagus, dan cukup inspiratif