Menggunakan Aplikasi Spell & Pronunciation- By Nurul Hidayanti

Latar Belakang

    Bahasa Inggris memiliki peran yang sangat penting dalam industri pariwisata. Beberapa alasan mengapa bahasa Inggris sangat diperlukan dalam industri pariwisata adalah komunikasi dengan Wisatawan Asing: Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang paling umum digunakan di dunia. Di sebagian besar destinasi wisata, wisatawan asing yang berkunjung mungkin tidak fasih dalam bahasa lokal. Oleh karena itu, memiliki pengetahuan bahasa Inggris yang baik memungkinkan bagi kita untuk berkomunikasi dengan wisatawan asing dengan lancar dan efektif. Bagi siswa di jurusan Perhotelan, Bahasa Inggris sangatlah dibutuhkan untuk dapat berkomunikasi di dunia industri. Khususnya bidang pariwisata.

    Permasalahan yang dihadapi adalah kesulitan pengucapan, kelancaran dan pengetahuan Tata Bahasa yang minim. Pembelajaran English for Special Purpose, Front Office, dan Housekeeping. Di kelas yang saya ajar yaitu kelas jurusan Perhotelan yang dipersiapkan untuk dapat bekerja di industri pariwisata, khususnya akomodasi perhotelan terdapat beberapa siswa berkebutuhan khusus.

    Pada saat proses pembelajaran Bahasa Inggris, terjadi beberapa kesalahan dalam pengucapan kata-kata dalam percakapan, kelancaran, dan pemahaman tata bahasa. Hal ini terjadi karena siswa baru mengenal kata baru, namun sangat kurang berlatih dalam pengucapan Bahasa Inggris yang benar. Pemaham mengenai tata Bahasa merupakan beban bagi siswa selama belajar Bahasa Inggris sejak lama.

    Permasalahan yang siswa hadapi dalam belajar belum terakomodir sehingga penguasaan untuk dapat berkomunikasi dalam Bahasa Inggris belum tercapai.

    Pertanyaan berikutnya, mengapa melakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk Bahasa Inggris? Jawabannya cukup banyak, namun salah satu alasan terkuatnya adalah siswa memiliki kemampuan Bahasa Inggris, baik teori maupun praktik yang beragam. Siswa memiliki kesiapan belajar, minat dan, gaya belajar yang berbeda.

    Carol Ann Tomlinson, pendidik sekaligus penulis buku How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms. Apa itu pembelajaran berdiferensiasi? Pertanyaan dasar inilah yang seharusnya menjadi titik awal bagi para pendidik yang masih asing dengan istilah itu sebelum benar-benar diajak (atau dipaksa) mengimplementasikan hal tersebut di kelas masing-masing.

    Jadi apa yang dimaksud pembelajaran berdiferensiasi itu? Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian metode atau cara mengajar yang dipilih dan dilakukan oleh guru untuk mengakomodir keberagaman peserta didik yang ada di kelas yang mencakup pemilihan, penggunaan dan variasi konten, proses belajar, penilaian serta produk pembelajaran dan lingkungan belajar.

    Dari pengertian di atas, dapat diketahui empat elemen penting yang bisa divariasikan, yakni; konten, proses, produk/penilaian dan lingkungan belajar.

    Guru harus mampu memodifikasi materi (konten) dan melakukan proses belajar agar siswa yang belum memahami suatu topik sama sekali tetap merasa terakomodir, termasuk juga siswa yang sudah menguasainya. Bukan rahasia umum lagi banyak anak Indonesia, baik di kota maupun di desa saat ini sudah sangat familiar dengan Bahasa Inggris. Tidak sedikit pula yang ternyata dalam keluarga atau lingkungan terdekat mereka sudah menganggap Bahasa Inggris sebagai sarana komunikasi yang utama.

    Selain itu setiap siswa juga memiliki pemahaman awal yang berbeda  ketika akan memasuki suatu bab pembelajaran yang baru. Ada yang memiliki tingkat kesiapan yang mengagumkan sehingga dapat dengan cepat melahap semua topik yang diberikan, ada yang sama sekali asing dengan apa yang akan diajarkan.

    Tantangan

      Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan kelas yang memiliki siswa ABK, yang menjadi tantangan bagi saya adalah sebagai berikut:

      1. Siswa tidak memiliki motivasi yang kuat dalam usaha menguasai kecakapan komunikasi dalam Bahasa Inggris.
      2. Siswa enggan berlatih dengan teman kelompoknya dengan sungguh-sungguh.
      3. Siswa sangat tergantung pada apa yang diberikan guru.
      4. Siswa umum sikap acuh dengan teman yang berkebutuhan khusus.
      5. Saya sebagai guru yang berfungsi sebagai fasilitator terus mencoba menemukan cara atau model pembelajaran yang tepat dan dapat mengakomodir situasi kelas agar dapat menemukan solusi terbaik dengan kondisi di atas.

      Guru harus tetap dapat bersikap positif, Untuk tetap dapat bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan cara: 1. Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk Learning Community) yaitu MGMP 2. Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat di sekolah yang sama. 3. Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun belum maksimal. 4. Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah diterapkan dengan berkolaborasi dengan rekan sejawat di sekolah yang sama.

      Aksi Nyata

        Capaian pembelajaran dari kompetensi di Fase F ini adalah dapat menggunakan Bahasa Inggris sebagai Bahasa komunikasi dalam pekerjaan sebagai Hotelier. Praktik yang saya terapkan dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Mengapa praktik ini penting diberikan kepada siswa? Karena pada saat proses pembelajaran, dari hasil observasi awal, 80% dari 35 siswa mengalami kesulitan pengucapan, kelancaran dan minimnya pengetahuan tata bahasa yang diperlukan untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris.

        Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut di atas adalah:

        1. Saya melakukan pemetaan kesiapan belajar, minat, profil belajar dan mengidentifikasi siswa berkebutuhan khusus dengan melakukan observasi dan identifikasi. Saya melakukan wawancara baik dengan siswa juga dengan pihak orang tua, mengisi kuesioner dan dibantu oleh guru bimbingan konseling untuk siswa berkebutuhan khusus. Saya memberikan tes awal kemampuan Bahasa Inggris dengan tes listening, speaking, reading dan writing. Hal tersebut di atas saya persiapkan sejak mereka duduk di kelas XI tahun ajaran 2022/2023.
        2. Setelah saya mengidentifikasi siswa mengenai kesiapan belajar, minat dan profil mereka, saya membuat perencanaan menyiapkan konten, metode pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Misalnya, menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
        3. Konten: adalah materi, topik atau hal yang akan digunakan dalam pembelajaran.
        4. Proses: adalah aktivitas, cara, metode atau pelaksanaan pembelajaran.
        5. Asesmen atau Produk: adalah karya atau segala seusuatu yang diciptakan, dihasilkan dan dikreasikan oleh peserta didik pada pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru sebagai salah satu instrumen asesmen.
        6. Lingkungan Belajar: merupakan tempat dan sarana belajar yang dibutuhkan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
        • Mengevaluasi dan merefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung. Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang saya buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar siswa saya juga memerlukan data yang akurat baik dari siswa, orang tua/wali, maupun dari lingkungannya. Saya bersama guru bimbingan konseling dan guru Bahasa Inggris berdiskusi untuk mengakomodir kebutuhan siswa dalam kelas istimewa yang saya ajar.
        • Manajemen kelas yang efektif. Saya membuat prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif. Untuk mengakomodir siswa berkebutuhan khusus, saya memberikan ekstra waktu untuk berlatih bersama rekan dekatnya dengan menggunakan bantuan aplikasi yang dinamakan spell and pronunciation yang didownload di Hp mereka.
        • Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ siswa untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap siswa di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka. Saya meminta ijin belajar di luar kelas yaitu Belajar langsung di lingkungan yang mendukung, seperti di Hotel Edotel SMKN4 Balikpapan.
        • Saya melakukan penilaian dalam: 1. Assessment for learning – Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. 2. Assessment of learning – Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif.
        • Membuat grafik peningkatan hasil belajar dari strategi yang dilakukan.

        Refleksi Hasil dan Dampak

          Dampak dari aksi yang dilaksanakan adalah siswa dapat berlatih lebih dari jadwal pembelajaran di kelas yang hanya berlangsung dua kali seminggu, durasi belajar hanya 90 menit. Dengan memberikan saran mendownload aplikasi spell dan pronunciation, siswa dapat berlatih kapan dan dimana saja. Di dalam aplikasi ini, pembelajar dapat berlatih pengucapan, menterjemahkan kata atau kalimat dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Hasilnya sangat efektif, karena pada saat sesi refleksi siswa memberikan kesan yang positif tentang manfaat aplikasi dari spell and pronunciation. Siswa berkebutuhan khusus juga merasa ikut terlibat dan mempunyai kepercayaan diri bahwa mereka dapat berlatih dengan siswa umum lainnya. Saat saya tanyakan tentang pengalaman mereka berlatih pengucapan dengan menggunakan aplikasi, mereka sangat terbantu dan memberikan komentar yang baik yang diperoleh dari kuesioner yang saya berikan.

          Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap siswa merasa disambut dengan baik, siswa dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan siswa berkolaborasi, kebutuhan belajar siswa terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.

          Yang menjadi faktor keberhasilan dari strategi yang diterapkan adalah siswa umum dan berkebutuhan khusus dapat bekerjasama dalam membagi peran pada saat mempraktikan Bahasa Inggris dalam kegiatan yang bevariasi. Adanya kerjasama yang baik di antara siswa yang memiliki perbedaan dalam kesiapan belajar, minat, gaya belajar dan siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus terlibat secara aktif dalam kelompok tanpa merasa canggung dalam berkomunikasi Bahasa Inggris. Dengan menerapkan digital learning, siswa dapat belajar menembus ruang dan waktu.

          Siswa merasakan atmosphere yang berbeda, merasa lebih baik berkomunikasi di luar kelas seperti di Edotel, yaitu hotel tempat praktik siswa yang ada di SMKN 4 Balikpapan. Pelajaran yang diperoleh dari Best Practice ini adalah dengan menerapkan tehnologi digital dapat memudahkan dalam belajar Bahasa Inggris.

          Hasil yang telah dicapai dalam Best Practice ini adalah:

          1. Siswa dapat belajar sesuai kesiapan, minat, dan gaya belajar mereka dan kebutuhan belajar dapat tercapai dengan baik.
          2. Siswa menyadari pembelajaran yang mereka alami adalah bekal nantinya di dunia kerja.
          3. Siswa Berkebutuhan Khusus dapat belajar dengan baik dan terpenuhi sesuai kemampuan.
          4. Guru mendapatkan metode yang tepat dalam mengajar dengan kondisi siswa yang berbeda.
          5. Siswa dapat mengikuti Ujian Sertifikasi Kompetensi dengan percaya diri dan lulus dengan baik.
          6. Guru dapat memberikan pemecahan masalah untuk kelas dengan kondisi yang sama dan membaginya dalam learning community baik sesama guru di sekolah sendiri maupun sekolah lain melalui sharing praktik baik di kegiatan MGMP.

          Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar siswa. Guru memfasilitasi siswa sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak dapat diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil untuk dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa.

          Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, tidak semua siswa  kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan siswa maka hal tersebut dapat menghambat siswa untuk bisa maju dan berkembang belajarnya.

          Setiap peserta didik itu unik. Mereka bisa datang dari beragam latar belakang, kehidupan sosial, agama dan budaya yang berbeda. Berikan pelayanan yang terbaik selagi kita masih dapat mengusahakannya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi

          WeCreativez WhatsApp Support
          Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
          👋 Hi, how can I help?